Apa
itu ADHD?
ADHD adalah singkatan
dari Attention Deficit Hyperactive Disorder. Secara harfiah
terjemahannya adalah gangguan hiperaktif defisit perhatian. ADHD adalah
gangguan mental yang terutama menyerang anak-anak. Para ahli percaya bahwa
setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-14 tahun menderita ADHD. Orang dewasa
juga terpengaruh oleh ADHD, tetapi kerusakan yang ditimbulkan terhadap
kehidupan anak seringkali jauh lebih besar karena efeknya terhadap keluarga,
teman sekelas dan guru. ADHD dapat menyebabkan anak-anak tidak punya teman,
sering membuat kekacauan di rumah dan sekolah dan tidak mampu menyelesaikan PR
mereka.
Hiperaktivitas pada anak
penderita ADHD seringkali mulai menjadi perhatian ketika anak-anak mulai
berjalan. Satu dari tiga anak digambarkan hiperaktif oleh orang tuanya. Para
guru menilai satu dari lima murid mereka hiperaktif. Bahwa anak dinilai
hiperaktif tidak selalu berarti mereka menderita ADHD. Untuk dapat
disebut menderita ADHD, anak hiperaktif perlu memiliki karakteristik yang lebih
banyak.
Berikut ini adalah beberapa
karakteristik ADHD:
- Tidak bisa duduk diam
- Tidak bisa berkonsentrasi pada satu
hal pada satu waktu
- Melakukan aktivitas tanpa peduli
efeknya
- Mudah kehilangan sesuatu, lupa dan
tidak dapat mengingat apa yang harus dilakukan
- Banyak bertindak untuk menarik
perhatian
- Kesulitan belajar
- Impulsif
- Ceroboh
- Membuat kecelakaan lebih dari
anak-anak lain
- Sulit diarahkan
- Tantrum (mengamuk)
- Agresif
- Penyakit mental
Sebuah cacat kecil di otak
dapat mengganggu mental sehingga anak bertindak aneh atau sulit ditangani.
Lengan yang patah menimbulkan simpati orang, tapi sistem sel otak yang “patah”
tidak membuat orang prihatin. Alih-alih membantu, kadang-kadang orang
berkomentar seperti: “Kamu jangan nakal”, “Orang tuanya tidak bisa mendidik!,”
atau “Dasar anak bandel” kepada anak penderita ADHD. Mereka tidak menyadari
bahwa anak-anak itu tidak dapat mengendalikan perilakunya sendiri. Anak-anak
penderita ADHD berperilaku sama dengan anak normal lainnya, tetapi karena
mereka sakit, mereka tidak bisa berhenti. Anak-anak kecil biasa berlarian
mengelilingi ruangan, tapi anak penderita ADHD berlari seperti mobil balap yang
remnya blong.
Penyebab
1.
Genetik/keturunan
Penyebab pasti dari ADHD
belum diketahui. Ada banyak penelitian tentang etiologi (penyebab) ADHD, tetapi
tidak ada kesimpulan yang tegas dari riset-riset tersebut. Tampaknya reseptor
tertentu di otak yang biasanya menanggapi neurotransmiter yang disebut dopamin
tidak bekerja dengan benar. Kemungkinan besar, dopamin tidak diproduksi pada
tingkat normal dalam otak. Kekurangan dopamin ini mengganggu proses kognitif
seperti fokus dan perhatian.
Temuan ini meningkatkan
bukti bahwa ADHD adalah suatu kondisi yang diwariskan. Jika salah satu kembar
identik memiliki gejala ADHD, kembar lain memiliki risiko 75-91% memiliki
gangguan yang sama. Anak-anak penderita ADHD cenderung memiliki salah satu
kerabat dekat yang juga ADHD. Sepertiga pria penderita ADHD sewaktu masih kecil
mempunyai anak yang juga menderita ADHD. (ADHD lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita dengan perbandingan 3:1).
2.
Kondisi kelahiran
Situasi kelahiran juga
tampaknya memengaruhi risiko ADHD. Bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir
dengan berat kurang dari 1500 gram atau melalui komplikasi kelahiran lebih
rentan terhadap ADHD.
3.
Makanan beracun, obat dan residu pestisida
Faktor lain yang sedang
diselidiki untuk mengetahui perannya dalam ADHD adalah eksposur selama
kehamilan terhadap logam beracun (seperti timbal, merkuri, dll), zat
aditif makanan (MSG, pewarna buatan, dll) dan obat-obatan (alkohol, obat
bius, dll). Sebuah studi baru di Pediatrics telah membuat hubungan
antara paparan organofosfat, pestisida digunakan pada buah-buahan dan tanaman
sayuran, dengan ADHD pada anak. Organofosfat membunuh hama pertanian dengan
bertindak sebagai neurotoksin pada serangga. Temuan mereka menunjukkan bahwa
anak-anak yang terlahir dari ibu yang memakan buah mengandung residu
organofosfat di atas ambang batas memiliki risiko ADHD dua kali lipat
dibandingkan dengan anak-anak umumnya.
Gangguan
Pemusatan Perhatian (GPP)
adalah
suatu gangguan pada otak yang mengakibatkan kesulitan konsentrasi dan pemusatan
perhatian. 80% pasien GPP memperlihatkan kesulitan belajar dan kelainan
perilaku.
GPP diperkirakan berasal dari berbagai
faktor, antara lain:
1. Faktor genetik terutama pada anak
laki-laki
2. Gangguan pada masa prenatal dan perinatal
3. Ibu hamil yang kecanduan alkohol
4. Akibat trauma kepala
5. Keracunan timbal, zat pewarna dosis tinggi dalam makanan
6. Psikososial
2. Gangguan pada masa prenatal dan perinatal
3. Ibu hamil yang kecanduan alkohol
4. Akibat trauma kepala
5. Keracunan timbal, zat pewarna dosis tinggi dalam makanan
6. Psikososial
Biasanya anak yang mengalami GPP akan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Gangguan
perhatian
Anak
tidak mampu memusatkan perhatiannya kepada sesuatu hal atau obyek tertentu
untuk jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak
pada kelompok ini kurang dari 10 detik.
- Distraktibilitas
Akibat
kekurangan perhatian, anak GPP mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan
rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distraktiblitas visual
(penglihatan), auditoris (pendengaran) dan internal.
Pada
distraktiblitas visual, konsentrasi visual dialihkan ke benda-benda yang
dilihatnya. Kedua matanya terus menerus menyelidik dan mencari pengalaman
visual yang lebih baru serta lebih baik, Akibatnya anak GPP sering
memperlihatkan kekeliruan khas sewaktu membaca dan cenderung melompati
kata-kata atau bahkan melewati begitu saja kalimatnya.
Pada
distraktibilitas auditoris menyebabkan perhatian anak GPP mudah teralih kepada
suara-suara latar belakang. Pada distraktibilitas internal menyebabkan
penderita terganggu oleh rangsangan yang berasal dalam dirinya berupa pikiran,
ingatan maupun asosiasinya sendiri. Terlihat anak GPP sering melamun sehingga
tidak memperhatkan pelajaran di kelas.
- Hiperaktivitas
Hiperaktivitas
merupakan aktivitas motorik yang tingi dengan ciri-ciri aktivitas selalu
berganti, tidak mempunyai tujuan tertentu, ritmis dan tidak bermanfaat. Anak
hiperaktif lebih banyak mengalam gerakan mata diluar tugasnya, sehingga gerakan
menoleh lebih banyak dibandingkan anak normal. Gejala tersebut akan berkurang
sesuai dengan bertambahnya umur dan sebagian akan menghilang pada waktu masa
remaja.
- Impulsif
Anak
dengan GPP cenderung bertindak tanpa mempertimbangkan akibat tindakan itu.
Mereka cenderung memberikan respon pertama yang masuk dalam pikirannya dan lebih
senang "cepat selesai" dalam mengerjakan sesuatu dan tidak
mengutamakan ketelitian. Akibat impulsivitas: anak GPP tidak tepat dalam
membaca, mengeja, dan berhitung meskipun konsep dasarnya telah dikuasai dengan
baik.
- Tidak
pernah puas
Biasanya
anak GPP akan selalu meminta pada orangtuanya dan bila keinginannya telah
terpenuhi anak GPP tidak akan puas begitu saja tetapi akan meminta hal lain.
Dan rasa tidak puas tersebut tidak menimbulkan semangat yang positif tetapi
justru negatif.
- Kurang
ulet
Anak
GPP akan menunjukkan sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjaannya
jarang pernah selesai. Anak GPP juga akan mudah lelah sehingga bila berpikir
lama akan mudah menguap, menggeliat. Biasanya jam tidur juga tidak berimbang.
Siang hari sukar tidur dan pada malam hari sering terbangun.
- Selalu
berubah
Perhatian
anak GPP akan sangat tergantung pada motivasinya. Pada motivasi yang tinggi
fokus perhatian akan lebih tajam, misalnya: mengikuti acara televisi tertentu.
- Kegagalan
Sosial
Anak GPP sulit untuk bekerjasama dengan
anak lainnya, disebabkan antara lain:
Anak
GPP tidak memperhatikan ekspresi wajah teman-temannya saat berkomunikasi. Hal
tersebut disebabkan karena anak GPP tidak mempunyai perhatian secara visual
(distraktibilitas visual). Anak GPP tidak memperhatikan kata-kata
teman-temannya. Hal tersebut disebabkan karena anak GPP tidak mempunyai
perhatian auditoris (distraktibilitas auditoris). Anak GPP tidak memperhatikan
terhadap isyarat umpan balik social. Anak GPP cenderung mengabaikan
keseimbangan sosial dalam hal memberi,meminta dan berbagi
- Superfisialitas
Anak
GPP cenderung dangkal dalam hal minat dan semangatnya. Pada tahun-tahun pertama
di sekolah dasar prestasinya culup baik karena pelajarannya belum terinci dan
kompleks. Tetapi menginjak akhir SD atau awal SLTP, mulai timbul banyak
kesulitan. Hal tersebut disebabkan disamping materi akademiknya semakin
kompleks juga disebabkan karena anak GPP hanya mau belajar garis besarnya saja.
- Inkoordinasi
Anak GPP sukar melakukan kegiatan motorik halus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar