Minggu, 07 April 2013

Autisme, samakah dengan idiot?

Paradigma yang banyak terjadi di masyarakat bahwa setiap anak yang mengalami kelainan pada intelegensi dan tingkah laku dianggap sebagai anak autis, idiot dongo dan lain-lain. kebanyakat dari masyarakat awam tidak tau akan apa itu autis idiot, keterbelakangan mental dan lain-lain. mereka menganggap semuanya sama entah autis, idot, hiperaktif, slow liner, dan intelectually disability. yang mereka tau apabila mereka menemukan anak yang memiliki keterbelakangan maka anak tersebut langsung mereka cap sebagai anak autis atau mereka sebut juga dengan idiot. bagi kalangan masyarakat awam ini autis sama saja dengan idiot dan anak keterbelakangan mental lainnya. nah untuk itu saya sekarang ingin membahas dan menjelaskan apa itu sebenarnya autis, dan apa yang membedakan anak autis dengan anak keterbelakangan mental atau yang sering disebut dengan anak idiot oleh orang awam.
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
sedangkan idiot merupakan keadaan keterbelakangan mental yang menyebabkan anak mengalami masalah perkembangan, dan hanya mampu hidup dengan bergantung kepada orang lain. anak idiot ini memiliki intelegensi jauh dibawah rata-rat yaitu berkeisar antara 0-30, hal itulah yang menyebabkan anak idiot tidak mampu hidup secara mandiri dan setiap detiknya bergantung dengan orang lain.
nah... dari penjelasan singkat diatas sudah dapat dilihat darimana letak perbedaan autis dengan idiot. selanjutnya saya juga akan membahas tentang autis lebih jauh lagi yaitu bagaimana ciri-ciri pada penyandang autistik dan apa saja klasifikasi dari autis tersebut.
Sebelum bicara tentang klasifikasinya ada baiknya kita mengenal dulu bagaimana ciri-ciri autisme, ciri-ciri autisme sebenarnya sangat mudah dikenali biasanya anak autisme akan memperlihatkan perilaku-perilaku dan perkembangan yang aneh seperti:

1. Tidak adanya Interaksi sosial/ sulit untuk berinteraksi
 penyandang autis biasanya Tidak memiliki ketertarikan untuk bermain bersama teman-temannya, ia 
Lebih suka menyendiri dan jauh dari kontak sosial. anak autis juga sulit sekali untuk menatap mata orang lain (sulit kontak mata) ia akan menghindar untuk bertatapan
 

2. Komunikasi
 sedangkan untuk berkomunikasi , anak autis mengalami ganguan atau hambatan pada software bicaranya. hal ini menyebabkan perkembangan bahasanya lambat, 
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, sering mengoceh/bicara sendiri dengan bahasa yang aneh dan tidak jelas, Senang meniru atau membeo. dan bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi, sehingga dalam berinteraksi dan berkomunikasi anak lebih senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan dari pada harus berbicara untuk mengutarakan keinginannya.

3. Pola Bermain
 anak autistik Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, ia lebih s
enang akan benda-benda yang berputar dari pada mainan anak-anak yang lainnya. terkadang apa yang dimainkannya tidak sesuai dengan mainan yang dimilikinya. contohnya ia menggunakan bola untuk bermain pesawat-pesawatan.
 

4. Gangguan Sensoris
 untuk gangguan sensoris, ada anak yang memiliki sensitivitas terhadap ransangan, dan ada pula anak yang kurang atau tidak memiliki sensitivitas terhadap ransangan. anak yang memiliki sensitivitas terhadap ransangan biasanya bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. S
angat sensitif terhadap sentuhan, akan merasa ketakutan saat gelap dan lain-lain. Sedangkan anak yang memiliki sensitivitas yang kurang terhadap ransangan biasanya Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. tidak menoleh saat mendengar suara keras, memiliki reflek yang biasa saja saat berada di ruangan yang gelap atau terang.
 
 
5. Perkembangan Terlambat
  
Perkembangan pada autistik tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna. Gejala perkembangan ini dapat sebenarnya sudah dapat diketahui pada saat usia anak menginjak 8 bulan. anak yang tidak mengalami perkembangan bicara pada masa itu seperti babbling dan lalling mungkin dapat diidentifikasi sebagai autis. 


Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :
1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.

2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis.

3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat.

Sedangkan klasifikasi autisme berdasarkan perbedaan antara gangguan perkembangan satu dengan yang lain :
1.    Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2.    Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3.    Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome). autisma tipe ini adalah autis yang paling ringan dan paling mudah untuk disembuhkan.
4.    Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. autistik tipe ini merupakan autistik yang paling parah karena selain mengalami autis juga disertai dengan keterbelakangan mental. Anak sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5.    Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya. autis tipe ini juga memiliki ketakutan yang berlebihan pada benda atau keadaan tertentu, misalnya takut dengan bunyi petir, lampu padam, takut pada binatang dan lain-lain.
Diagnosa Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.